Tarifnya? Rp 50 Nelpon Sepuasnya, Rp 49/menit Se-Indonesia. Bulan ini adalah bulan dimana saya bisa nelpon jauh lebih murah dibanding sebelumnya. Promo dari masing-masing operator berubah-ubah terus, jika di suatu waktu yang sedang promo adalah operator yang bukan saya pakai, maka saya "tiarap" dulu. Pemakaian dibatasi, susah juga kalau harus ganti-ganti nomor dan SIM card terus. Bulan ini 2 operator yang saya pakai, XL dan Flexi tiba-tiba meluncurkan promo yang cukup menggiurkan. Walau promo XL hanya untuk Bebas dan milik saya adalah Xplor, namun kebetulan ibu saya di Jogja pakai Bebas, jadi kalau nelpon antara jam 00.00 hingga 07.00 pagi, bisa dapat tarif luar biasa murah Rp 50 sepuasnya. Demikian juga beberapa teman lain diluar Kalimantan yang juga pakai Bebas.
Yang satu lagi adalah Flexi, tiba-tiba tanggal 28 Mei lalu muncul dengan tarif Rp 49/menit ke seluruh Indonesia. Ini juga luar biasa membantu karena beberapa rekan bisnis saya menggunakan Flexi dan ada diluar Kalimantan. Artinya bisa nelpon seharga sekitar Rp 3000/jam. Dulu saya sempat kecewa karena promo Rp 49/menit se-Kalimantan tiba-tiba dihilangkan, namun dengan promo kali ini cukup mengobati kekecewaan saya. hebatnya Flexi, promo sepetti ini tidak pakai batas-batasan. Prabayar, pasca bayar masuk semua. Mau malam, siang, sore bisa semua. Bravo Flexi... Tapi di selebarannya hanya menyebutkan bahwa promo berlaku sampai 31 Agustus 2008. Tapi seorang teman di Telkom bilang bahwa kemungkinan besar akan terus diperpanjang. Mudah-mudahan...
Sebenarnya, masing-masing XL dan Flexi ini juga meluncurkan promo murah untuk SMS. Namun saya terpaksa mengabaikannya karena harus pakai daftar/reg segala, agak alergi dengan yang begituan. Lagian ngapain SMS kalau call saja sudah super murah begitu...
Yang jadi perhatian saya adalah pada persaingan yang luar biasa ketat antar operator saat ini. Dengan begitu banyaknya operator seluler baru, maka persaingan menjadi sangat ketat dan cenderung tidak terkendali. Kalau perang rendah-rendahan tarif sih OK sekali, tapi konon perangnya tidak hanya disisi itu saja, tapi juga di masalah teknis.
Banyak gosip yang sampai ke telinga saya bahwa beberapa operator besar yang memiliki pelanggan mayoritas memberlakukan "pembatasan" akses dari/ke operator lain, terutama di voice line dan data/SMS line. Artinya call yang dilakukan baik dari luar maupun dalam operator tersebut ke/dari nomor operator lain akan "diganggu". Gangguannya biasanya berupa penolakan sehingga muncul pesan saluran sibuk atau hal-hal lain. Begitu juga SMS, pesan yang muncul di pelanggan operator lain bisa seperti pesan tidak sampai, dll.
Benarkah demikian, saya tidak tahu... Mungkin anda tahu?
Tapi yang jelas, pengalaman menggunakan XL sekian lama, ada banyak sekali gangguan baik ketika saya call keluar atau rekan-rekan saya yang kesulitan menghubungi saya pada jam sibuk. Kemungkinan terbesar karena tarif promo super murah yang diterapkan XL membawa dampak pada kapasitas jaringan yang overload.
Hal lain, memang gebrakan operator-operator baru atau yang masih memiliki pelanggan sedikit sangat agresif. Tampak sekali sangat sulit bagi operator incumbent seperti Telkomsel tidak bisa mengikutinya. Pada saat persaingan sengit seperti ini, Telkomsel hanya mampu muncul dengan tarif Rp 13/detik (alasannya karena ulang tahun ke-13) dan SMS Rp 88. Simpati juga tiba-tiba menghentikan tarif Rp 0,5/detik karena (konon) alasan macetnya jaringan mereka. Tapi barusan saya baca tarih heboh Simpati ini muncul lagi dengan aturan kapan saja hingga menit ke-13. Mungkin Telkomsel tertekan juga...
Mau pakai pilihan operator mana? Silahkan pilih sendiri...
2 Komentar
Bulan ini sepertinya saya bakal megang 4 nomor Flexi. Classy kantor, Trendy pribadi. Lalu megang 'induk'nya Fleximilis untuk 1670 anggota LO dan katanya bakal dapat jatah dari Pemprov Kaltim :)
Belum lagi promosi Flexi CCC untuk Apkomindo se Indonesia. Halah.... masak mau pegang 5 nomor Flexi.
interkoneksi terus terang saya suka bingung, seperti apa mekanismenya ya? sempit itu dimana yg dimana ya? yang ngatur siapa?
kalau memang disitu masalahnya, saya yakin harus dicari pemecahannya. dengan semakin besarnya pengguna seluler, operator gak bisa dong seenaknya nentukan sendiri kapasitas interkoneksinya sehingga hanya menguntungkan pihaknya sendiri dan dg sengaja merugikan pelanggan operator lain.