Teknologi dalam Sepakbola

Saya adalah penggemar bola, bukan untuk main secara langsung (kalau ini benar-benar sudah tidak kuat nafas lagi), tapi sebagai pengamat dan penonton. Ada suatu hal yang menarik di awal tahun 2005 ini yang terjadi di Premiere League di Inggris, salah satu liga yang sangat populer saat ini dan selalu dijadikan benchmark bagi persepakbolaan dunia.

Pada satu pertandingan yang sangat menentukan antara Manchester United (MU) melawan (kalau tidak salah) Totenham Hotspur, pada saat kedudukan 1-1, terciptalah gol di gawang MU, namun gol yang sudah dirayakan oleh pemain Spurs itu ternyata dianulir karena wasit tidak melihat bahwa bola telah melewati garis gawang. Memang kalau dilihat di tayangan ulang TV, bola hanya sempat melewati garis sekitar beberapa cm saja, tapi bola sudah masuk. Namun aneh bin ajaib dimana seluruh pemain (termasuk pemain MU sendiri mengakuinya) plus jutaan penonton yang menyaksikannya lewat TV melihat dengan jelas bahwa itu adalah gol, namun karena 2 orang wasit di lapangan (yang memiliki kekuasaan mutlak) tidak melihatnya, maka itu bukanlah sebuah gol. Maka selamat lah MU untuk tidak kalah menyakitkan dengan 1-2.

Ratusan, bahkan ribuan kejadian serupa telah terjadi di dunia sepakbola, namun tidak ada tindakan nyata dari FIFA (organisasi induk sepakbola dunia) untuk memperbaikinya.

Di kompetisi NFL (liga utama sepakbola Amerika), wasit disediakan alat monitor TV di sudut lapangan yang bisa memutar ulang jalannya pertandingan. Apabila ada kejadian yang kontroversial da wasit tidak bisa memutuskan karena tidak dapat melihat kejadian dengan jelas, maka Wasit dapat menghentikan pertandingan sebentar dan mengambil waktu untuk menonton ulang pertandingan serta melakukan review atas apa yang terjadi. Jadi wasit tidak dipaksa mengambil keputusan cepat tanpa adanya informasi yang jelas dan lengkap.

Yang unik juga, wasit disediakan microphone wireless dimana dia dapat berbicara langsung dari tengah lapangan sehingga suaranya dapat didengar oleh seluruh penonton melalui pengeras suara di stadion. Fasilitas ini biasanya digunakan apabila wasit mengambil suatu keputusan khusus dan mengumumkannya sambil memberi alasan singkat atas pengambilan keputusan tersebut. Luar biasa. Kalau di arena sepakbola yang biasa kita tonton, semua orang termasuk komentator TV suka sibuk menerka apa dan kenapa suatu keputusan diambil wasit. Tidak ada komunikasi sedikitpun antara wasit dan dunia diluar lapangan.

Satu hal lagi yang perlu saya bagi. Di NFL ini juga, pelatih, asisten pelatih dan pemain kunci di lapangan dilengkapi dengan alat komunikasi semacam handy-talkie (HT) dalam bentuk semacam hands-free sehingga mereka bisa berkomunikasi satu sama lain. Pelatih langsung memakainya di kepala sementara untuk pemain alat tersebut dipasang didalam helm pengaman yang dipakainya. Tambahan lagi, NFL (dan juga NBA) selalu ada time-out dimana pemain dan pelatih bisa melakukan komunikasi.

Ini semua mengakibatkan permainan selalu dinamis karena suatu strategi baru selalu diterapkan untuk melawan strategi lain yang diterapkan tim lawan setelah time-out. Pelatih juga bisa langsung menginstruksikan sesuatu selama pertandingan berjalan.

Bandingkan dengan sepakbola "tradisional" kita, jangankan berkomunikasi intensif melalui hands-free tadi, time-out pun hanya dilakukan 1 kali setelah 45 menit babak pertama dalam bentuk istirahat turun minum. Lebih buruk lagi, pelatih bahkan tidak boleh melewati garis batas sekitar 1-2 meter dari tepi lapangan. Jangankan berbicara leluasa, mendekat lapangan pun tidak boleh! Bagaimana kita sebagai penonton bisa mendapatkan tontonan permainan yang dinamis kalau begini aturannya?

Tidak tahu apa alasannya sehingga NFL dan NBA di Amerika Serikat bisa sedemikian terbuka terhadap teknologi baru sementara FIFA sedemikian kukuhnya tetap menggunakan prinsip-prinsip yang sudah ketinggalan zaman?

Teknologi informasi dan komunikasi (ICT) memang dikembangkan untuk kebaikan umat manusia, jadi mengapa kita harus selalu menghindarinya? Manfaatkan lah...

Posting Komentar

0 Komentar