Managing Our Paradigm

Teori paradigma ini sebenarnya adalah suatu konsep yang sudah sangat tua, namun oleh Stephen Covey di The 7 Habits of Highly Effective People kemudian diangkat dengan sangat baik dan bahkan merupakan jiwa dari 7 Habits itu sendiri.

Semakin didalami apa makna paradigma itu, maka semakin ada suatu kekuatan untuk meyakini bahwa keberhasilan hidup kita ini adalah bagaimana kita dapat "mengelola paradigma" kita, mengelola "cara pandang" kita terhadap dunia ini. Aneh juga, namun ternyata realistis.

Contoh yang paling sering dipakai dari "paradigm shift" adalah cerita mengenai seorang lelaki yang bertemu dengan seorang ayah beserta 2 anaknya di kereta bawah tanah pada suatu malam.

(1) Paradigma sang lelaki pada saat pertama bertemu keluarga tersebut adalah "betapa kesalnya" dia melihat kedua anak yang berlari-lari dengan sangat berisik sementara dia sendiri ingin tidur.
(2) Paradigma berikutnya adalah "betapa trenyuhnya" hati lelaki itu ketika tahu bahwa tadi siang, ibu dari kedua anak kecil tersebut baru saja meninggal dunia.
Pada situasi pertama dimana "cara pandang" orang tersebut adalah "brengseknya" anak-anak tersebut, mungkin dengan mudah dia akan memukul, membentak atau apapun yang dapat dilakukan untuk mengekspresikan kekesalannya.

Sebaliknya pada situasi "paradigma kedua", kalau perlu dia bisa saja menangis, minta maaf atau malah sangat berbahagia dapat melihat anak-anak yang masih dapat ceria seperti itu walaupun baru saja ditinggal mati ibunya.

That's the power of paradigm, yang dapat dengan sangat efektif men-"drive" perbuatan kita. Ada banyak kejadian dimana orang merasa bahwa dia "sama sekali tidak mungkin" untuk dapat melakukan sesuatu. Tapi apabila kita tahu konsep diatas, mungkin kita tidak harus bersusah-susah "merubah perbuatan kita", cukup dengan sedikit merubah "cara pandang" kita terhadap suatu hal tersebut, maka bang.... perbuatan kita akan dapat kita kontrol dengan mudah.

Kalau dalam kehidupan sehari-hari kita dapat dengan mudah mengelola paradigma kita, yang ada dalam diri kita, maka kita dapat mulai mengalihkan pusat perhatian kita dalam hidup ini pada "mengelola paradigma", dan bukan pada "mengelola perbuatan-perbuatan atau aktivitas". Dan yang pertama jauh lebih mudah dan efektif.

Namun bagi sementara orang "shifting paradigm" bukan hal mudah untuk dilakukan, perlu suatu ketrampilan khusus untuk dapat benar-benar secara efektif menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan rasanya dasar dari ketrampilan itu adalah pada "keterbukaan diri" kita pada segala sesuatu yang mungkin muncul di dunia ini.

Bagi para pemimpin yang memang area kerjanya adalah pada pengelolaan hal-hal yang strategis, maka menggeser fokus hidup pada "paradigm management" pasti akan dapat memberikan nilai tambah yang signifikan bagi pemimpin tersebut.

Wacana SDM, 11-1999

Posting Komentar

0 Komentar