Kearifan Lokal Dayak Malinau

Daerah Kabupaten Malinau adalah salah satu lokasi di dunia ini yang masih memiliki kawasan tertutup hutan tropis basah yang asli dalam luasan yang sangat besar. Didalamnya hidup suku Dayak yang konon telah ratusan tahun membangun peradabannya. Dalam banyak literatur disebutkan bahwa suku ini memiliki banyak hal yang luar biasa yang dibangun dari kehidupan mereka yang berdampingan dengan alam selama ratusan tahun.

Dalam perjalanan ke Desa Setulang di kabupaten ini, saya dan rombongan BMZ Germany masuk ke hutan menggunakan berbagai mobil off-road canggih, salah satunya Toyota Fortuner. Namun dalam perjalanan didalam hutan, mobil canggih ini terperosok lumpur dan tak mampu keluar walaupun sudah menggunakan "dobel gardan" (four-wheel drive). Di tengah hutan ini, rombongn menjadi kebingungan karena tidak menyiapkan peralatan standar masyarakat modern yaitu tali baja (sling) yang biasanya dipakai untuk menarik kendaraan yang terperosok.




Untung dalam rombongan ada banyak orang lokal (suku Dayak) yang ikut mendampingi. Dengan pakaian hariannya yang khas, seorang lelaki tua maju dan mencari akar gantung yang banyak terdapat didalam hutan. Akar gantung yang tampak kaku dan keras itu dia potong sepanjang kurang lebih 7 meter. Ditariknya akar tersebut ke dekat mobil kami yang tak berdaya. Saya bingung melihat lelaki ini, bagaimana dia bisa menyelipkan dan mengikat akar yang kaku itu ke kaitan di bawah mobil? Ternyata lelaki ini melakukan hal sederhana yaitu memuntir (memutar) ujung akar tersebut berkali-kali hingga ujung akar itu menjadi lunak dan lemah. Barulah "tali" ini diikatkan di kaitan mobil. Namun saya masih belum yakin apakah akar ini cukup kuat saat ditarik, karena dari tampak luarnya tampak kaku dan mudah patah.

Namun semua kebingungan saya hilang seketika. Ford Ranger menarik Toyota Fortuner yang terjebak tadi dengan mudah, ternyata tali dari akar gantung tadi sangat kuat dan tidak sedikitpun patah atau cacat karena tarikan. Luar biasa. Saya terhenyak, kearifan lokal, "ilmu alam" ala masyarakat hutan ternyata mampu mengalahkan ilmu modern yang kita banggakan ini.


Posting Komentar

0 Komentar