Ini tulisan ketiga saya berkenaan dengan Cagub Kaltim. Biasanya saya tidak terlalu bergairah berdiskusi masalah seperti ini. Namun kali ini entah kenapa saya lebih tertarik untuk ikut sumbang pemikiran. Kemungkinan besar karena begitu muaknya saya dengan rendahnya "kualitas" kehidupan di tempat tinggal saya ini. Provinsi dengan kekayaan alam yang luar biasa ini (dengan penduduk hanya 2,5 juta) harusnya sudah bisa memiliki kualitas yang paling tidak setara Brunei atau bahkan Singapura, tapi sekarang hanya bisa mencapai taraf sekelas negara Kamboja.
Saya yakin sepenuhnya bahwa hal ini terjadi karena pemimpin daerah ini tidak memiliki kualitas yang cukup untuk memajukan Kaltim. Untuk itu saya mencoba membuat beberapa kriteria versi saya untuk memilih cagub yang kira-kira bisa membawa Kaltim kearah lebih baik. Lihat tulisan saya sebelumnya (satu, dua). Kali ini saya ikut senang karena salah satu calon yang berdasar kriteria saya memiliki score paling tinggi, ternyata lolos untuk maju ke tahap akhir pemilihan langsung 2 bulan lagi. Namanya Jusuf SK (atau Yusuf SK?), seorang dokter yang sukses memimpin sebuah rumah sakit, kemudian menjadi Walikota di sebuah kota di ujung utara Kaltim yang dia mimpikan menjadi Singapura kecil :-)
Saya tidak punya kepentingan politik apapun, saya hanya rakyat biasa. Namun di hati kecil saya tumbuh harapan bahwa daerah saya akan dipimpin oleh pemimpin yang jelas punya kadar intelektualitas dan kualitas leadership yang benar-benar bagus, bukan sekedar politisi kacangan yang lebih banyak mirip preman jalanan. Siapapun dia...
12 Komentar
Kampus ITS pernah disentuhnya dan sebuah fakultas menjadi lebih baik lingkungannya karena sentuhan dokter yang juga walikota.
Pengusaha yang mempunyai solusi produk yang baik untuk daerah bukan diperas ketika presentasi, tapi malah difasilitasi.
Sedih ni ga bisa ikut pilkadal di Kaltim.
kalau pakai kriteria lain, seperti balikpapan lebih "maju" dari tarakan, atau "bontang lebih "besar" dari tarakan, dll, tentu saja hasilnya bisa lain.
anyway, berbeda pendapat adalah berkah bagi kita semua.
dr. Yusuf SK bersanding dengan Luther = (85 + 70) / 2 <=> 77.5,
Mr. Nusyirwan bersanding dengan Heru = (85 + 84 ) / 2 <=> 84.5
So ngana jagoin Nusyirwan-Heru :) :))
namun scoring berdasar kriteria saya, jusuf lebih tinggi dikit dibanding pak nusyirwan :-)
saya belum melihat JSK sebagai figur yang pas. Kalau dibilang terbaik dari sisi apa.
Banyak yang menonjolkan masalah pembangunan listrik. Yang perlu diingat membangun listrik di Tarakan beda dengan membangun listrik se Kaltim.
Kemajuan pembangunan? apa tolok ukurnya?
Kesederhanaan? Siapa yang pernah tahu?
dr sisi kesederhanaan, silahkan cek langsung deh... subyektif kalo saya yg comment :-)
kalo listrik, mungkin benar juga, tapi silahkan juga lihat hal lain yg coba dia terapkan dlm skala kecil di tarakan (pendidikan, IT, lingkungan). tapi jangan lihat dr skala besarannya, lihat dr sisi ide dasar dan paradigma ybs melakukannya.
Saya sangat sepakat dgn saudara, Bagi saya, sosok Jusuf SK sangat pantas diacungkan Jempol. Beliau sosok pemimpin yg sederhana dan Familiar. Ini dibuktikan dgn fasilitas yg digunakan selama menjdi kepala daerah. Benar sekali kalau Pak Jusuf SK menggunakan Toyota Kijang Krista. Rumah beliau (pribadi) sangat sederhana. Rumah Kepala Dinas masih bagus ketimbang rumah beliau.
Beliau juga Familiar, tegur sapanya sangat menyenangkan sehingga warga Tarakan merasa ada kekeluargaan yg terjalin.
Pengalaman, saya pernah melihat beliau mengantongi bungkusan permen yg telah dikunyah. Beliau tdk membuang bungkusan itu sembarangan. Dia mencari bak sampah untuk membuang bungkusan permen tadi.
Kesimpulan saya, memilih Pemimpin itu cukup kecerdasan Intelektual dan Emosional. Kesederhanaan dan Kesopanan yg dituangkan dlm aktifitas keseharian.
Nanti dululah persoalan yang GEDE kalau persoalan buang sampah blm beres...