I'm A World Citizen

Saya termasuk orang yang boleh dibilang cukup "nomadis". Saya lahir di kota Pontianak, Kalimantan Barat di desa Sungai Durian di pinggir hutan dalam kompleks perumahan Bandar Udara Supadio. Kalau mau ke "kota" (pusat kota Pontianak), kami harus menempuh jarak 18 km dg Vespa kami dan kemudian mobil Jeep dinas bapak saya. Dari 1969 hingga 1979 saya dan keluarga hidup disana. Saya sekolah di SDN 17 yang benar-benar masuk kategori "kampung". Teman saya masih banyak yang tidak pakai sepatu, ikut membantu keluarganya menebang pohon di hutan, dll.

Tahun 1979 hingga 1986 (atau awal 1987 kalau tidak salah), kami sekeluarga pindah lagi ke Jambi di tengah pulau Sumatera. Karena bapak saya pegawai di airport, maka kami pun kembali tinggal di lingkungan bandar udara, kali ini di kawasan Palmerah Baru lokasi Bandar Udara Sultan Thaha, ini pun tergolong pinggir kota, namun hanya 6 km dari pusat kota Jambi. Kelas 5 SD saya terpaksa berganti lingkungan lagi, saya bersekolah di SDN 043 di lokasi yang saya lupa namanya. Cukup banyak teman saya dapatkan selama kurang dari 2 tahun di sekolah ini, padahal saya terhitung sangat susah beradaptasi pada lingkungan baru. Kemudian saya masuk ke SMPN 6 di kawasan Pasir Putih, sekolah yang utuh saya jalani selama 3 tahun tanpa berpindah. Sekolah ini juga terletak di pinggir kota Jambi, bukan sekolah favorit, berbatasan dengan hutan juga. SMA saya masuk ke SMAN 3 yang sudah agak masuk ke kawasan kota, disini saya punya banyak teman etnis Cina yang tidak saya temui di sekolah-sekolah sebelumnya. Artinya persaingan juga mulai ketat...

Di SMA ini saya ingat punya seorang teman baik yang sangat pintar menggambar kartun, namanya Bambang Wiguritno. Saya juga ingat, dia punya koleksi ensiklopedia 1 lemari, kalau tidak salah Encyclopedia Britannica. Saat itu saya luar biasa kagum. **Lihat catatan dibawah tulisan ini, ada yang menarik dari teman saya yang satu ini.

Tahun 1986 akhir, kami terpaksa pindah lagi pada saat saya masuk semester terakhir kelas 3 SMA. Kali ini balik ke pulau Kalimantan, tetapi di sisi berlawanan dari kota kelahiran saya, Balikpapan, Kalimantan Timur. Kota ini jauh lebih metropolis dan modern dibanding kota-kota saya sebelumnya. Keluarga kami tinggal di perumahan kawasan Sepinggan, sekitar 13 km dari pusat kota. Lagi-lagi di kawasan Bandar Udara, kali ini namanya Sepinggan. Namun orangtua saya kali ini memasukkan saya ke sekolah favorit di pusat kota, SMAN 1. Jadi saya harus bolak-balik tiap hari menggunakan angkutan umum yang di kota baru saya ini disebut secara unik dengan nama "taksi". Sekolah disini hanya beberapa bulan, lulus, kemudian saya pindah lagi. Kali ini keluarga tetap di Balikpapan, tapi saya kuliah di kota Samarinda, 115 km utara Balikpapan. Selama kurang lebih 5 tahun saya kuliah dan tinggal di Samarinda, kemudian 1993 saya langsung bekerja di perusahaan kayu swasta PT. Sumalindo Lestari Jaya.

Tujuh tahun berkarya di perusahaan itu, bulan Juni tahun 2000 saya kembali pindah ke kota kecil Akron, negara bagian Ohio di Amerika Serikat. Thousands of miles away from my hometown and family. Kota yang termasuk "berat" jika masuk musim dingin. Enam bulan kemudian seluruh keluarga saya menyusul. Tahun 2002 bulan September kami kembali ke tanah air, tekadnya mau berkarya di kota Yogyakarta sambil menemani ibu saya yang tinggal sendiri di kota ini. Namun rencana batal, sekitar awal 2003 kami kembali ke Samarinda, hingga kini...

Saya merasa bahwa saya bisa jadi manusia lengkap karena pengalaman saya tinggal di berbagai macam jenis masyarakat. Saya juga bisa berbagai bahasa, lidah saya terasa sangat fleksibel dan gampang sekali dirubah untuk beradaptasi dengan berbagai macam bahasa. Saya juga tidak pernah merasa jadi "orang Kalimantan" karena lahir dan hidup lama di pulau ini, atau jadi "orang Jogja" karena orangtua saya berdarah asli Jogja. Saya adalah "world citizen"... Indah kan?

Belum lagi jika memperhitungkan "dunia lain" saya di Internet, dunia dimana saya bisa melakukan apa saja tanpa batas geografis lagi...

Dampaknya dalam kehidupan sehari-hari saya? Well... mungkin yang paling kelihatan adalah pada sisi "keterbukaan" saya terhadap hal-hal baru dan berbeda. Pada saat banyak orang di sekitar saya "reluctant" menghadapi perubahan-perubahan, saya biasanya lebih tenang dan bahkan menikmati datangnya perubahan-perubahan itu...


** Catatan: Beberapa hari yang lalu saya mendapat "surprise call" dari Bambang yang saat ini bekerja di perkebunan di Jambi. Setelah 20 tahun tidak bertemu dan kehilangan kontak, senang sekali rasanya bisa bertemu dia lagi, walau hanya lewat telpon. Uniknya... dia mendapatkan info tentang saya setelah dia melakukan "search" melalui Internet. Kebetulan ada cukup banyak info tentang saya yang bisa diperoleh secara online, termasuk blog ini. Pada saat dia call saya, dia sudah punya "bahan bacaan" banyak tentang saya karena sudah membaca banyak material tentang saya, he... he... Aneh juga mendengar dia sudah tahu banyak tentang saya... Bravo mBang...

Posting Komentar

1 Komentar

Anonim mengatakan…
halo pak adriyanto, sudah balik haji belum? smg jadi haji yang mabrur. Salam kenal dari jambi.