Jogja yang Kreatif

Sudah 2 tahun saya tidak mampir ke kota satu ini. Biasanya paling tidak satu tahun sekali saya mampir dan tinggal selama beberapa hari. Tahun ini, 2004, saya yang biasanya melihat perkembangan kota dan masyarakatnya yang "alon-alon asal kewaton" terkejut, betapa tidak, segala sesuatunya terasa lebih meriah di kota ini. Lambaian baliho, spanduk, poster, dll yang begitu ramai dan dipasang bedesak-desakan di hampir seluruh penjuru kota menjadi bukti kasat mata dari begitu beragamnya bisnis yang bermunculan di kota budaya ini.

Dulu, 5-6 tahun lalu, kalau kita mau mencari tempat untuk makan, terasa sulit sekali, terutama yang agak istimewa dan unik serta dengan harga yang terjangkau. Yang banyak adalah SGPC (sego pecel atau nasi pecel) serta sego kucing atau nasi kucing (nasi yang saking sedikitnya diidentikkan dengan nasi untuk makanan kucing) yang tampaknya memang lebih diperuntukkan bagi lidah dan selera orang lokal.

Kalau kita rajin browsing dan berkelana di Internet, ada banyak sekali website serta kegiatan diskusi, jual beli, dll yang isinya kebanyakan dipenuhi anak-anak Jogja. Internet menyebar lebih cepat dan luas di kota yang satu ini. Dulu saya suka keliling kota pada waktu subuh di kota ini, warnet-warnet penuh dengan anak-anak muda yang begadang semalaman dengan paket khusus begadang yang bertarif Rp 1000-2000 per jam. Termurah di seluruh Indonesia.

Pokoknya, Jogja berhasil membuat kotanya menjadi kota yang BERBEDA diantara kota lain di negeri kita ini. Dulu saya sempat bilang ke teman-teman: "Kita tidak perlu susah-susah keliling Indonesia karena seluruh kota berwajah sama, terutama arsitektur dan kecenderungan bisnisnya". Dan itu didasarkan pengalaman saya yang sudah mengunjungi sekian banyak kota di Indonesia. Tapi ternyata tidak untuk Jogja.

Sempatkan diri anda untuk berkunjung ke Jogja dan jangan lupa mampir untuk makan di salah satu restoran Jepang (tiruan) yang enak dan murah...

Posting Komentar

0 Komentar