Hopes For SBY

Bicara politik memang selalu menarik dan tidak pernah basi. Mungkin karena dunia yang satu ini memang selalu relevan dengan kehidupan kita secara langsung, seperti biaya hidup yang naik/turun, mutu pendidikan anak kita, dll. Bisa juga karena politik selalu dinamis dan tidak pernah monoton. Teman-teman saya dari negeri lain seperti Amerika Latin, Eropa Timur, dll semua juga selalu dengan bersemangat bicara mengenai politik baik yang domestik maupun internasional. Dan memang selalu enak diskusi politik, semua seakan bisa jadi orang pintar, sama seperti kalau kita bicara tentang sepakbola. Tidak ada kebenaran absolut.

Yang paling hangat di Indonesia saat ini adalah masalah terpilihnya SBY sebagai Presiden RI yang ke-6. Enak juga punya Presiden yang "normal" dan bisa "dibanggakan". Paling tidak setelah kita bandingkan dengan 2 Presiden RI sebelumnya yang memang nyentrik-nyentrik. Gus Dur dan Megawati, yang apa boleh buat sulit untuk bisa membuat kepala kita tegak waktu membicarakannya dengan teman dari bangsa lain.

Saya ingat waktu masih tinggal di negeri orang beberapa tahun lalu ketika Gus Dur dan Megawati menjabat. Sewaktu Mega datang ke AS dan diterima Bush, saya dengan jernih masih ingat bagaimana liputan TV disana pada waktu itu tidak sedikitpun mengambil gambar Mega yang sedang duduk berdampingan dengan Bush di Gedung Putih. Jangankan pernyataan, gambar pun tidak, ini yang ditayangkan di prime time news. Waktu itu Mega adalah kepala negara pertama yang berkunjung ke AS setelah peristiwa 11 September, mungkin wajar saja karena semua mata dan telinga masih tertuju ke Gedung WTC. Tapi tetap saja, nobody cares and takes notice.

Gus Dur lain lagi, dunia luar terutama masyarakat awam menangkapnya lebih dari sisi bahwa ada "orang buta" jadi presiden di sebuah negara berkembang. Yah... itulah nasib negeri kita, negeri besar yang bahkan tidak mampu memilih pemimpin yang "nggenah..."

Mudah-mudahan SBY bisa sedikit memberi warna yang lebih cerah bagi negeri kita di dunia luar sana. Paling tidak dari sudut postur tubuh, SBY pasti tidak terlalu bikin kita minder. Yang paling tidak nyaman adalah ketika dua kepala negara bertemu, mereka pasti akan foto bersama dan tampaklah betapa negara yang "inferior" biasanya lebih pendek/kecil, lebih tidak yakin diri, dsb. SBY juga tampaknya juga bukan sosok yang inferior dan punya keyakinan diri dalam menghadapi pemimpin negara lain.

Yang juga menarik adalah pada saat hampir bersamaan, Singapura baru saja mendapatkan PM baru yaitu BG Lee yang juga masih muda, pintar, dari latar belakang militer serta bersosok gagah. Sudah cukup lama saya mengamati tokoh yang satu ini, putra mahkota yang memang disiapkan dan dibentuk untuk menjadi pemimpin Singapura. BG Lee boleh dibilang punya kompetensi sangat lengkap, hampir semua posisi penting pernah dia duduki sebagai bagian dari tour of duty yang disiapkan ayahnya. Namun BG Lee tampaknya lebih keras dibanding SBY yang terkesan sangat kompromistis. Namun tampaknya kedua tokoh akan mampu membawa masing-masing negaranya lebih baik.

Bagi SBY, apapun yang dia lakukan hampir mustahil bisa menyelesaikan persoalan bangsa yang sangat kompleks bak benang kusut seperti sekarang ini. Jadi mungkin dalam 5 tahun ini dia bisa fokus saja mengurusi hal-hal yang sifatnya "di permukaan" seperti urusan luar negeri namun kelihatan oleh publik, sambil siap-siap untuk memenangkan Pilpres 2009. Benar kan? Kalau mau buka-bukaan, saya bertaruh itulah yang akan dilakukannya dalam 5 tahun...

Posting Komentar

0 Komentar