Virtual Office

Bayangkan seorang pekerja di Balikpapan, seorang lagi di Manila, lainnya tersebar di Kyoto, Dublin dan Rio de Janeiro dengan seorang koordinator di Adelaide, sedang mengerjakan suatu proyek desain sebuah rumah mewah milik seorang bintang Hollywood yang akan dibangun di Pantai Mediterania.

Mereka semua terhubungkan dengan internet, dengan masing-masing keahliannya mereka berkolaborasi, bekerja bersama tanpa ada batas geografis dan demografis sama sekali. Semua orang punya kesempatan sama. Jangan heran apabila para multimilyarder saat ini adalah para "orang-orang kecil yang sangat kreatif" memanfaatkan the challenging and unlimited internet potential.

Bandingkan dengan cara kerja tradisional, dimana seorang arsitek akan sangat terbatas pasarnya, terbatas pengetahuannya, terbatas ruang geraknya, terbatas sumber daya yang dapat digunakan, dan berbagai keterbatasan lainnya.

Dengan teknologi, semua keterbatasan-keterbatasan tadi disapu habis. Seorang penjual wayang kulit di Jogjakarta akan dengan mudah mendapatkan pelanggan dari Buenos Aires, atau seorang pegawai negeri di kota Palu bisa dengan gampang berkolaborasi dengan orang lain di Canada misalnya untuk memasarkan kayu eboni-nya.

The true global village has come!!!

Kami di HR Indonesia pun mengalami hal sama. Beberapa idealis HR yang tersebar di berbagai kota di Indonesia bergabung bersama, saling berkontribusi dalam komunitas yang bermarkas di sebuah kota di Amerika Serikat (yang kami sendiri tidak tahu tempat pastinya dimana). HR Indonesia juga kemudian menjalin banyak partnering dengan berbagai ahli HR dari berbagai tempat di dunia untuk mau mengkontribusikan pemikirannya lewat HR Indonesia, dan mereka mau melakukannya.

Jadilah HR Indonesia A True Global Community.

Dengan prestasi puluhan hits per hari (walau masih belum konsisten), rasanya kami sendiri sangat meyakini bahwa model bekerja seperti ini adalah kecenderungan yang sama sekali tak terelakkan. Jadi bersiaplah masuk ke suatu "komunitas maya" yang tanpa batas.

Beberapa requirement dasar untuk mampu masuk ke komunitas seperti ini rasanya juga sangat sederhana dan semua orangpun rasanya pasti bisa. Cuma memang untuk orang Indonesia, kendala mendasarnya adalah mahalnya peralatan yang harus diinvestasikan pada awalnya. Tapi kita juga punya comparative advantage, yaitu murahnya software (karena bajakan) serta besarnya pasar potensial netter berbahas ibu Bahasa indonesia.

Seorang pemimpin di lingkungan maya ini pasti akan menghadapi tantangan berbeda juga. Diantara hal yang patut diperhatikan adalah:

(1) yakin diri bahwa dalam kondisi seperti ini, semua individu akan berdiri sama tinggi dengan opportunity yang SAMA,
(2) kemampuan dalam berpikir dan bekerja mandiri,
(3) kesiapan dan keterbukaan untuk selalu belajar hal baru,
(4) multi cultural understanding (karena kita akan bekerja dengan berbagai ras, suku dan bangsa),
(5) visioner & punya kreativitas tanpa batas,
(6) never give up easily.

Mungkin kita di Indonesia akan agak lambat dalam perkembangannya, namun bersiap sejak dini rasanya tidak akan menjadi masalah.

Wacana SDM, 12-1999

Posting Komentar

0 Komentar