Dari Euro 2008, Belajar Menghadapi PON 2008

Walau saya ogah-ogahan mengikuti ajang turnamen sepakbola Eropa Euro 2008 ini (karena tidak lolosnya tim favorit saya Inggris) namun kita semua tidak bisa terlepas dari kepungan informasi disekitar kita tentang event ini. Salah satu yang menarik tentu saja adalah hal-hal non-pertandingan yang begitu banyak diliput wartawan Indonesia yang datang langsung ke lokasi di Swiss dan Austria seperti soal penginapan, pengaturan keamanan, ulah suporter, usaha-usaha promosi, bangkitnya industri hospitality (hotel, restoran, suvenir, dll).

Melihat info yang begitu bagus tentang bagaimana panitia Euro 2008 menyiapkan segala sesuatunya agar event ini berjalan lancar, maka sebagai warga Kaltim yang daerahnya akan menjadi lokasi penyelenggaraan PON (Pekan Olahraga Nasional) ke-17 tanggal 5 Juli 2008 ini, saya jadi deg-degan apakah PON bisa terselenggara dengan baik?

Tempat-tempat pertandingan belum lengkap terselesaikan pembuatan dan perbaikannya. Rumah-rumah penampungan atlet lebih parah lagi. Manajemen kepanitiaan jangan ditanya... teman-teman yang terlibat langsung bercerita bagaimana kacaunya koordinasi antar bagian, tender-tender pengadaan yang belum dilaksanakan, dll. Infrastruktur jalan, jembatan, dll masih belum selesai semuanya, yang sudah ada pun tidak terawat. Belum lagi ancaman musim hujan ala Kalimantan yang tidak terduga waktunya. Kegiatan-kegiatan "last minute" saya lihat tidak terkoordinasi baik, pengaspalan jalan, perbaikan taman, dilakukan sporadis. Bagaimana bisa terlaksana bila semuanya belum siap seperti ini?

Apa yang bisa dipelajari dari Euro 2008?

Sudah terlambat untuk belajar. Tampaknya panitia PON pakai jurus tabrak terus, masalah bisa dihadapi sambil jalan... Bagus juga mottonya... Tapi apakah PON akan membawa dampak positif bagi masyarakat? Melihat gelagatnya, akan sangat sedikit dampak positif yang mungkin akan didapat... Paling tidak dibanding triliunan rupiah yang telah ditumpahkan dalam 12 tahun belakangan ini untuk mendukung PON.

Namun, memang zaman gini, semua terpulang kepada kita sendiri. Mau dapat dampak positif? Usahakan sendiri... Mau dapat dampak negatif? Ya diam saja gak perlu mikir atau bergerak...

Beberapa teman sedang mengusahakan inisiatif membuka warung makan pakai tenda. Kabarnya waktu PON terakhir di Palembang, warung makan adalah sesuatu yang sangat dicari-cari karena terbatasnya warung yang ada sementara permintaan makan diluar mencapai puncaknya. Hitung-hitungannya, kalau sehari saja bisa dapat sekitar 100-200 porsi terjual @ Rp 10 ribuan, maka omzet 1 hari mencapai Rp 1-2 jutaan. Kalau PON berlangsung dari tanggal 5-17 Juli, maka akan ada sekitar 12 hari bisnis efektif. Bisa dapat sekitar Rp 12-24 juta total. Kalaulah profit bisa didapat 10% saja, maka ada keuntungan bersih diatas Rp 1 juta, kerja 2 minggu. Kalau angka itu dianggap tidak menarik, paling tidak kita bisa berpikir kerjaan tersebut sebagai bagian dari ikut ramai-ramai memeriahkan PON dan menjadi tuan rumah yang baik.

Betul???

Posting Komentar

3 Komentar

Unknown mengatakan…
Betulll..... jual makanan akan laris manis apalagi dekat venues PON yang tersebar di 6 kabupaten/kota (KuTim dicoret). Samarinda adalah lahan paling banyak cabang olahraganya. Di Palaran belum ada warung, mending jualan pakai mobil (pakai ijinlah...)

Jualan souvenir mulai dari sablon kaos sampai pernak-pernik apapun berbau khas daerah atau PON XVII 2008 bakal laris manis... hayo!

PON ini seingat saya disiapkan mulai 2001 dana tercurah sekitar 3 trilyun rupiah selama itu untuk infrastruktur. Suatu jumlah yang tidak banyak dibanding gedung tunggal lainnya di Kaltim yang menelan dana puluhan milyar sampai ratusan milyar.
Web Admin mengatakan…
wah, info p sanko sangat informatif nih... bagi para pembaca blog ini, bisa langsung gerak, tinggal 20-an hari, pembukaan dimulai...
Phypin Marga mengatakan…
Yach sekali lagi memank betul....!!!!!! ditas di stadion utama palaran memank belum banyak orang yang akan berjualan disana .. karena orang disana belum pernah ada pengalaman atau kurang tahu seberapa dahsay event pon ini, namun sekarang banyak warung-warung bermunculan di areal pinggir jalan yang berjualan makanan (saat ini sebagai tempat makan pekerja stdadion ntah nanti mereka juga memberikan layanan yang lebih dari ini paling), toko dan bengkel. Namun yang bisa menembus areal stadion baru tukang jual pentol dan es keliling dan itu pun laris manis sebab banyak masyarakat sekitar palaran yang senang jalan-jalan sore di stadion bahkan saya juga he...he...

Nach siapa yang mau nyusul jadi pengusaha dadakan.... saya mau sich tapi ga da modal he..he...