Smokey City

Sedih juga kalau tiap tahun aku dan seluruh penduduk kota kecilku ini musti menghirup asap secara masif dan masal selama berminggu-minggu. Hari ini adalah hari kesekian sejak asap tebal akibat kebakaran hutan di Kalimantan (entah bagian yang mana) kembali menyelimuti Samarinda. Cuaca setiap hari mengingatkanku pada film-film yang mengambil setting di planet Mars. Langit gelap (tapi terang) berwarna putih keabu-abuan (atau kecoklatan ya?), matahari tidak pernah terlihat kuning bersih lagi, tapi merah (terkadang oranye).

Pagi yang selalu kutunggu setiap hari berubah warna, biasanya sejuk penuh kabut dengan udara yang segar, sekarang berubah jadi gelap tapi udaranya menyesakkan. Pandangan jauh ke hamparan sungai Mahakam yang luas itu jadi semacam selimut kabut putih. Mataku yang sudah kurang beres karena kebanyakan disergap debu jalanan semakin perih karena asap ini...

Anehnya, tidak ada orang peduli lagi... Beberapa tahun belakangan lalu hal ini masih banyak diributkan di koran, TV, dll dan banyak pihak yang bagi-bagi masker gratis (sambil promosi) dijalanan. Namun sekarang..., tidak ada lagi yang seperti itu. Ini sudah jadi kejadian biasa yang akan datang dan pergi dengan sendirinya. Apalah daya kita untuk menghentikannya (mungkin itu yang ada dibenak orang kebanyakan, termasuk aku). Sedih! Bukan generasi ini yang akan terkena getahnya, tapi generasi dimana saat ini mereka masih bayi dan anak kecil yang tanpa bisa mengelak terus menghisap udara racun ini sementara tubuh mereka masih sangat lemah...

Nobody cares...

Lucunya, 2 minggu lagi aku dikontrak oleh sebuah lembaga bantuan asing yang sedang membantu pemerintah daerah sebuah provinsi untuk membangun sebuah sistem pencegahan kebakaran hutan disini. Tugasku adalah "capacity building" (what?) yang ditujukan pada pada para pegawai pemerintah yang menangani masalah pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan ini. We'll see what I can do... Setahuku, ratusan milyar dana sudah dicurahkan untuk upaya ini di seluruh negeri, tapi asap tetap datang tiap tahun meracuni paru-paru anakku, secara konsisten...

Posting Komentar

0 Komentar